MAKALAH " Peranan Pendidikan Terhadap ASWAJA "



     PERANAN PENDIDIKAN TERHADAP ASWAJA

       MAKALAH
 






Oleh :
                              Nama         :  Ahmad Jauhari
                              Nim            :  168010039

                              Nama         :  M. Dawam
                              Nim            :  1680100


UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
PROGAM STUDI PJKR
2017
PERANAN PENDIDIKAN TERHADAP ASWAJA

I.                    PENDAHULUAN

  Islam masuk ke Indonesia sejak zaman Khulafaur Rasyidin tepatnya pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Penyebaran islam di Indonesia masuk melalui dua jalur utama yaitu jalur Selatan  yang bermadzhab Syafi’i (Arab, Yaman, India, Pakistan, Bangladesh, Malaka, Indonesia) dan jalur Utara yang bermadzhab Hanafi (Turki, persia, Kazakhstan, Usbekistan, Afganistan, Cina, Malaka, Indonesia). Penyebaran islam semakin berhasil, khususnya di Pulau Jawa sejak abad ke-13 oleh Wali Songo. Dari murid-murid Wali Songo inilah kemudian secara turun-menurun menghasilkan ulama-ulama besar di wilayah Nusantara seperti Syaikhuna Khoil Bangkalan (Madura), Syaikh Arsyad Al Banjari (Banjar, Kalimantan), Syaikh Yusuf (Sulawesi), dll.

II.                  PERMASALAHAN
          Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai :
1.      Pengertian  ASWAJA
2.      Peran Pendidikan Terhadap ASWAJA
3.      Tujuan ASWAJA Terhadap Pendidikan

                                                                 1
III.                PEMBAHASAN 
A.    Pengertian  ASWAJA
      Ahlussunnah Wal Jama’ah Menurut Syekh Abu al-Fadl ibn Syekh ‘Abdus Syakur al-Senori dalam kitab karyanya “al-Kawâkib al-Lammâ‘ah fî Tahqîq al-Musammâ bi Ahli al-Sunnah wa al-Jamâ‘ah” (kitab ini telah disahkan oleh Muktamar NU ke XXlll di Solo Jawa Tengah) menyebutkan definisi Ahlussunnah wal jama’ah sebagai: kelompok atau golongan yang senantiasa komitmen mengikuti sunnah Nabi saw. dan thariqah para sahabatnya dalam hal akidah, amaliyah fisik (fiqh), dan akhlaq batin (tasawwuf). Syekh ‘Abdul Qodir al-Jilani mendefinisikan Ahlussunnah wal jama’ah sebagai berikut: “Yang dimaksud dengan as-Sunnah adalah apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. (meliputi ucapan, prilaku, serta ketetapan beliau). Sedangkan yang dimaksud dengan pengertian jama’ah adalah segala sesuatu yang yang telah disepakati oleh para sahabat Nabi saw. pada masa Khulafa’ ar-Rasyidin yang empat yang telah diberi hidayah Allah.”
Secara historis, para imam Aswaja di bidang akidah telah ada sejak zaman para sahabat Nabi saw. sebelum munculnya paham Mu’tazilah.


                                                                   2
 Imam Aswaja pada saat itu diantaranya adalah ‘Ali bin Abi Thalib ra., karena jasanya menentang pendapat Khawarij tentang al-Wa‘d wa al-Wa‘îd dan pendapat Qadariyah tentang kehendak Allah dan daya manusia. Di masa tabi’in ada beberapa imam, mereka bahkan menulis beberapa kitab untuk mejelaskan tentang paham Aswaja, seperti ‘Umar bin ‘Abd al-Aziz dengan karyanya “Risâlah Bâlighah fî Raddi ‘alâ al-Qadariyah”.
Para mujtahid fiqh juga turut menyumbang beberapa karya teologi untuk menentang paham-paham di luar Aswaja, seperti Abu Hanifah dengan kitabnya “Al-Fiqh al-Akbar”, Imam Syafii dengan kitabnya “Fi Tashîh al-Nubuwwah wa al-Radd ‘alâ al-Barâhimah”. Generasi Imam dalam teologi Aswaja sesudah itu kemudian diwakili oleh Abu Hasan al-Asy’ari (260 H – 324 H), lantaran keberhasilannya menjatuhkan paham Mu’tazilah.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa akidah Aswaja secara substantif telah ada sejak masa para sahabat Nabi saw. Artinya paham Aswaja tidak mutlak seperti yang dirumuskan oleh Imam al-Asy’ari, tetapi beliau adalah salah satu di antara imam yang telah berhasil menyusun dan merumuskan ulang doktrin paham akidah Aswaja secara sistematis sehingga menjadi pedoman akidah Aswaja.

.                      3
Dalam perkembangan sejarah selanjutnya, istilah Aswaja secara resmi menjadi bagian dari disiplin ilmu keislaman. Dalam hal akidah pengertiannya adalah Asy’ariyah atau Maturidiyah. Imam Ibnu Hajar al-Haytami berkata: Jika Ahlussunnah wal jama’ah disebutkan, maka yang dimaksud adalah pengikut rumusan yang digagas oleh Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Dalam fiqh adalah mazhab empat, Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali. Dalam tasawuf adalah Imam al-Ghazali, Abu Yazid al-Bisthomi, Imam al-Junaydi, dan ulama-ulama lain yang sepaham. Semuanya menjadi diskursus Islam paham Ahlussunnah wal jama’ah.
            
B.      Peran Pendidikan Terhadap ASWAJA
            Aswaja dalam bidang pendidikan islam sangat krusial/penting sekali dikembangkan sebagai nilai pendidikan islam di Indonesia, disamping itu pendidikan aswaja muncul karena kebutuhan masyarakat Indonesia, yaitu pendidikan agama dan moral.
Hal diatas dapat dibuktikan dengan keadaan bangsa yang kita rasakan sekarang,

                                  4
 dewasa ini banyak anak cucu kita yang meniru budaya barat, misalnya, berpakaian yang mengundang hawa nafsu, pergaulan bebas dll .  Hal itu membuktikan bahwasannya nilai agama dan nilai moral generasi penerus bangsa ini melemah. Akan tetapi, permasalahan tersebut adalah bagaimana jika para orang tua lemah dalam nilai-nilai agama dan moralitas. Sehingga tak ada contoh bagi pemuda bangsa untuk memperbaiki moral?
Pendidikan Aswaja muncul sebagai jawaban dari pertanyaan diatas. Pendidikan aswaja mempunyai kelebihan, salah satunya: pendidikan aswaja tidak hanya ditujukan ke lembaga pendidikan saja namun juga di tujukan kepada masyarakat luas, hal ini dapat memperkuat aspek agama maupun moralitas masyarakat. Misalnya acara pengajian rutin yang di isi oleh ulama’ , hal itu sangat baik untuk meningkatkan nilai-nilai agama dalam masyarakat.
Hal lain yang istimewa dari pendidikan aswaja adalah: pendidikan yang lebih dikonsentrasikan pada lembaga pendidikan islami atau dapat disebut pondok pesantren. Hal itu dapat membantu kita selaku orang tua supaya anak cucu kita dapat mengenal nilai-nilai agama dan moral.


                            5
C.    Tujuan ASWAJA Terhadap Pendidikan

       Pendidikan Aswaja baik di tingkat dasar maupun menengah bertujuan untuk memperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai paham Aswaja secara keseluruhan kepada peserta didik, sehingga nantinya akan menjadi muslim yang terus berkembang dalam hal keyakinan, ketakwaan kepada Allah Swt., serta berakhlak mulia dalam kehidupan individual maupun kolektif, sesuai dengan tuntunan ajaran Islam Ahlussunnah Waljama’ah yang dicontohkan oleh jama’ah, mulai dari sahabat, tabi’in, tabi’it dan para ulama dari generasi ke generasi.
        Tujuan aswaja sebenarnya adalah mengarahkan kepada pembentukkan generasi baru (generasi yang beriman dan berpegang teguh  kepada ajaran-ajaran Islam yang benar) yang mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW, dimana generasi baru itu bekerja untuk memformat umat ini dengan format Islam dalam semua aspek kehidupan. Oleh karena itu, sarana yang digunakan untuk mewujudkan tujuan tersebut terbatas pada perubahan terbatas pada perubahan tradisi pada umumnya dan pembinaan para pendukung dakwah agar komitmen dengan ajaran-ajaran Islam,

                                                                  6
                         sehingga mereka menjadi teladan bagi orang lain dalam      
                         berpegang teguh kepada-Nya, memelihara dan tunduk  
 kepada hukum-hukum-Nya.  Serta agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada dalam jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Inilah yang akan mengantarkan  manusia kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat.
      Pengabdian kepada Allah Ta’ala merupakan esensi dari tujuan pendidikan akhlak. Dan termasuk pengabdian kepada Allah Ta’ala adalah berakhlaq mulia. Akhlaq seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an. Dan assunah juga yang termasuk dalam tujuan pendidikan akhlaq adalah mencetak pribadi yang berkarakter Islami yang menjalankan syari’at Islam sesuai dengan sunnah Rosulullah Shoalllohu ‘alaihi Wasalam.
       Pendidikan akhlaq dalam Islam berbeda dengan pendidikan-pendidikan moral lainnya karena pendidikan akhlaq dalam Islam lebih menitik beratkan pada hari esok. Dari sini tampak bahwa pendidikan akhlaq dalam Islam lebih mengedepankan aspek pembentukan akhlaq.

                             7
IV.             SIMPULAN
         Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1.      Ahlussunnah Wal Jama’ah Menurut Syekh Abu al-Fadl ibn Syekh ‘Abdus Syakur al-Senori dalam kitab karyanya “al-Kawâkib al-Lammâ‘ah fî Tahqîq al-Musammâ bi Ahli al-Sunnah wa al-Jamâ‘ah” (kitab ini telah disahkan oleh Muktamar NU ke XXlll di Solo Jawa Tengah) menyebutkan definisi Ahlussunnah wal jama’ah sebagai: kelompok atau golongan yang senantiasa komitmen mengikuti sunnah Nabi saw. dan thariqah para sahabatnya dalam hal akidah, amaliyah fisik (fiqh), dan akhlaq batin (tasawwuf).

2.      Pendidikan Aswaja baik di tingkat dasar maupun menengah bertujuan untuk memperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai paham Aswaja secara keseluruhan kepada peserta didik, sehingga nantinya akan menjadi muslim yang terus berkembang dalam hal keyakinan, ketakwaan kepada Allah Swt., serta berakhlak mulia dalam kehidupan individual maupun kolektif, sesuai dengan tuntunan ajaran Islam Ahlussunnah Waljama’ah yang dicontohkan oleh jama’ah, mulai dari sahabat, tabi’in, tabi’it dan para ulama dari generasi ke generasi.



                                       8

 V.       PENUTUP
       Demikian makalah yang kami susun semoga apa yang kita rumuskan, kita pelajari mendapatkan anugrah dan inayah dari allah serta bermanfaat bagi kita semua. Dengan semangat belajar yang tinggi pula insyaallah dapat menegakkan tiang agama dan mendapatkan tempat yang mulia kelak di hari akhir amin ya robbal alamin.
VI.     DAFTAR PUSTAKA
1.        Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Sumah, Sekolah Dan Masyarakat,(terj) shihabuddin: Gema Insani Press, 1995).
2.         Ahmad  Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, ( Bandung: PT. Al maarif,1974).
4.        http://kafeilmu.com/pengertian-pendidikan-islam/diakses Senin, 8 Juni 2015.
5.         Prof.DR. H. Jalaluddin, Teologi Pendidikan, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001).


                                                           9

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Buku Bola Voli 2017 uplud by : ROISUL AULA

Buku Tekhnik Permainan Bola Voli untuk Dasar , uplud by : ROISUL AULA